Ilustrasi surat untuk presiden |
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera saya sampaikan kepada pemimpin negeriku yang bertanggung jawab penuh atas segala kebijakan yang berkaitan dengan negeri ini.
Bapak Presiden yang saya hormati, saya selaku warga negara Indonesia ingin menyampaikan sesuatu yang mengganjal di dalam hati, tentang masalah yang paling mendasar di dalam negeri ini, yaitu pendidikan.
Sudah menjadi amanah di UUD ’45 bahwa tugas negara adalah ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’, namun disini ada sebuah kesalahan fatal yang terjadi namun tidak terlihat dengan kasat mata. Ada yang salah di dalam tubuh pendidikan di negeri ini. Khususnya yang saya rasakan ketika saya memasuki bangku kuliah.
Sampai saat ini saya bingung, mau dijadikan apa kita ini sebagai seorang pelajar di negeri ini. Apakah di dalam instansi pendidikan kita selalu di arahkan untuk menjadi seorang budak modern yang berlabel pegawai? Yang setiap terjadi kelulusan selalu berdesak-desakan memenuhi bursa karir.
Entahlah, padalah saya sadar bahwa negeri ini adalah negeri yang teramat kaya. Bahkan mungkin kita adalah orang yang pertama masuk neraka karena kita dikaruniai tanah yang subur dan sumber daya alam yang melimpah, tapi kita tetap saja menjadi negara berkembang. Sekian lamanya berkembang hingga kita lupa caranya menjadi sebuah negara maju.
Di dalam instansi pendidikan,selama 16 tahun saya menjadi seorang pelajar, saya selalu diberitahu kepada guru saya, belajarlah yang rajin agar kelak bisa menjadi seorang pegawai. Apakah sebatas jadi pegawai saja? Apakah kita ini memang diciptakan sebagai salah satu alat dalam mesin-mesin industri?
Bahkan saya teringat ketika saya mengikuti sebuah pelatihan di Depok, saya pernah menanyakan pada salah sati staff ahli mentri “Mahasiswa Indonesia sebenarnya bisa menciptakan bahkan membuat mobil sendiri, namun kenapa hal tersebut tidak diteruskan dan di dukung oleh pemerintah menjadi sebuah industri mobil dalam negeri?”, namun saya kecewa menanyakan hal tersebut, karena saya tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Mungkin karena negara kita terlalu kaya sehingga lebih enak untuk impor barang daripada kita menciptakan sesuatu dengan tangan kita sendiri. Mungkin negara kita juga terlalu miskin untuk menggaji tenaga-tenaga ahli sehingga mereka lebih suka untuk mengabdikan diri, bekerja, dan berkarya di perusahaan asing.
Satu hal lagi, kenapa penilaian seseorang selalu didasarkan pada selembar kertas yang bernama ijasah? Padahal setiap orang mempunyai bakat dan kelebihan yang berbeda-beda. Tapi adilkah jika mereka di uji dengan kompetensi yang tidak sesuai dengan bidang mereka?
Mungkin sebuah contoh sederhana saja, saya suka bermain musik bahkan saya bisa menciptakan sebuah karya dengan musik. Namun apakah adil ketika saya dicap sebagai anak yang bodoh hanya karena saya tidak bisa matematika?
Kalau menurut pandangan obyektif saya, pendidikan itu tidak bisa disamaratakan, kalau kita ingin mendapatkan produk-produk dari dunia pendidikan yang berwarna. Kecuali memang dunia pendidikan kita menginginkan untuk menciptakan robot-robot industri yang rela disandingkan dengan mesin-mesin industri.
Saya sangat berharap kepada bapak selaku pemimpin di negeri ini agar bisa bijak menghadapi permasalahan ini. Saya tidak ingin dilahirkan di tanah yang kaya raya, namun masyarakatnya memiliki mental miskin akibat sistem pendidikan yang kurang tepat dengan karakter bangsa kita.
Sepertinya hanya itu dulu yang bisa saya sampaikan untuk saat ini. Saya yakin bapak Presiden yang saya hormati selalu megupayakan yang terbaik untuk rakyat. Dan saya disinipun akan selalu berusaha untuk menjadi seorang kader bangsa yang selalu ingin berpartisipasi di setiap kemajuan negeri ini.
Kalau ada kata-kata saya yang kurang berkenan atau menyinggung, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya sadar bahwa saya memiliki banyak kekurangan karena hanya Tuhan lah Dzat Yang Maha Sempurna. Dan saya ucapkan terima kasih sekali jika bapak telah membaca isi surat ini yang mungkin menumpuk bersama jutaan surat yang lain.
Akhir kata
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ditulis dalam sebuah renungan malam ini, ditemani suara katak yang bersautan sana sini.
Hormat saya
Bayu Prasetyo
No Comment to " Curahan Hati, Untuk Pemimpin Negeriku "