Update :

Artikel Terbaru
Browsing Category "Opini"

Antara Kos, Kontrak Rumah, Atau Sewa Apartemen

- Thursday, October 2, 2014 No Comments
Masa mahasiswa adalah masa yang paling indah yang kita lalui. Mulai dari bertemu teman baru, sampai metode belajar baru pun kita rasakan ketika menjadi mahasiswa. Proses pendewasaan dari sebelumnya sebagai siswa SMA yang belajar dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang juga akan kita lalui pada masa transisi ini.

Apartemen Studio

Tapi yang menjadi masalah adalah, jika kampus kita berada jauh dari rumah. Dan kita juga diharuskan jauh dari orang tua kita. Intinya kita akan membutuhkan sesuatu yang baru dan sangat penting “Tempat Tinggal”.

Jika kamu sedang kuliah di kota besar, maka ada tiga tempat tinggal yang bisa kamu pilih sebagai opsi tempat tinggalmu selama berada di perantauan. Pertama adalah Nge-Kos, Kontrak Rumah, atau bisa juga Sewa Apartemen. Selain itu sebenarnya ada juga opsi lain, yaitu tinggal di asrama mahasiswa dan numpang di rumah saudara (Jika kebetulan saudara ada yang punya rumah di deket kampus kita).

Semua yang akan saya tulis merupakan pengalaman pribadi saya. Mulai dari ngekos, kontrak rumah, tinggal bersama dengan saudara, sewa apartemen, bahkan tidur di sekretariat organisasi pun pernah saya alami. Kesemuanya mempunyai keunggulan masing-masing, yang mungkin tidak pernah kamu fikirkan.

Oke, mari kita membahasnya satu per satu

Tinggal sama Saudara
Pertama kali di Surabaya, saya tinggal bersama dengan kakak saya yang kebetulan kontrak rumah. Enaknya sih kita bisa berhemat karena kalau pagi sama sore makan nggak perlu beli. Tapi nggak enaknya kalau kita pengen pulang sampek malam, pasti ditanya-tanya seperti intel yang sedang meong-intrograsi tersangka pencurian. Padahal kita pulang malam karena sedang mengerjakan tugas kuliah atau sedang menyiapkan alat-alat OSPEK (waktu jadi maba).

Kos
Kos adalah pilihan yang banyak dipilih oleh mahasiswa. Karena urusan kos ini tergolong praktis. Kita tidak perlu untuk ngurusin bayar listrik, bayar air bahkan barang-barang perabot seperti kasur/SpringBed, almari, meja biasanya sudah disiapkan oleh yang punya kos-kosan. Jadi kita tinggal menempatinya saja. Namun sayangnya biayanya juga lumayan mengurangi uang jajan lho. Saat ini di sekitar kampus ITS saja biaya kos sudah 350.000,-.

Selain itu, jika di kosan kita nggak ada kamar mandi luarnya kita harus ngantri kalau ada masuk pagi. Bisa-bisa telat. Biasanya problem seperti ini dialami oleh anak-anak SMA yang sudah ngekos. Namun ketika sudah mahasiswa, saya kira masalah ini tidak begitu berarti karena masuk kuliah tidak harus pagi. Kecuali anak-anak politeknik yang biasanya harus masuk pagi-pagi.

Ngontrak
Namanya juga kontrak rumah, bukan kontrak rumah + perabotannya. Jadi kalau kontrak rumah itu kita harus mengisi perabotannya sendiri. Misalkan untuk bed-nya, kita harus bawa sendiri, selain itu almari juga tidak disediakan.
Memang sih bayarnya lebih terjangkau kalau jika dibandingkan dengan bayar kos, tapi kalau kontrak kita tidak bisa bayar bulanan. Minimal kita harus langsung bayar selama satu tahun. Selain bayar sewa ke pemilik rumah, kita juga harus bayar listrik PLN, PDAM, dan uang keamanan (kalau ada).

Sewa Apartemen
Ini merupakan opsi hunian terakhir yang bisa dipakai. Namun tidak semua kota memiliki apartemen. Hanya jika kamu sedang tinggal di kota-kota besar sekarang sudah banyak developer yang membangun apartemen. Mengingat apartemen lebih membutuhkan tanah yang sempit namun bisa menampung banyak orang.

Setahu saya, sewa apartemen itu minimal 3 bulan, dan tidak bisa dibayar setiap bulan. Jadi harus langsung bayar langsung 3 bulan. Selain bayar uang sewa apartemennya, kita diharuskan memberikan uang jaminan kepada pemilik. Uang jaminan ini fungsinya jika ada kerusakan dari perabot yang ada di apartemen. Jadi akan dikembalikan ketika kontrak kita sudah habis. Namun jika ada perabot yang rusak, maka kita tidak bisa menerima kembali uang jaminan ini 100%.

Untuk listrik dan uang PDAM, kita juga harus membayar sendiri. Masih ada bayar uang ke menejemen apartemen yang memberikan beberapa fasilitas kepada kita. Jadi jika sewa apartemen, uang yang harus kita keluarkan bisa berlipat-lipat lebih banyak dibandingkan jika kita ngekos.

Tinggal di apartemen bisa meningkatkan status sosial kita. Karena mayoritas yang tinggal di sana adalah para eksekutif muda yang pada dasarnya mereka mencari hunian untuk tempat singgah. Seperti yang kita tahu bahwa untuk mengurus bisnis yang mereka punya, mereka dituntut untuk mempunyai mobilitas yang tinggi. Harus bolak-balik dari satu kota ke kota lainnya.

Alasan Kenapa Harus Jadi Diri Sendiri, Walaupun Beda!

- Thursday, August 28, 2014 No Comments
Dunia ini mungkin sudah disesaki oleh jutaan orang. Bahkan sampai NASA pun memiliki ide gila untuk melakukan sebuah eksperimen dengan mengirimkan manusia ke planet MARS. Itu merupakan sebuah upaya untuk menciptakan lingkungan hidup baru.

Kalau menurut saya, karena saya orang Indonesia. Kita orang Indonesia nggak perlu ikut-ikutan untuk pergi ke MARS. Wilayah kita masih sangat luas untuk sekedar tempat tinggal. Mungkin kalau kamu orang Jawa nih ya, yang mungkin udah sumpek dengan macet di kota-kota besarnya, masih banyak pulau lain kok yang bisa kamu tinggali. Jadi nggak perlu untuk ikut-ikutan ke MARS.

Sebenarnya sih bukan itu yang ingin saya sampaikan dalam artikel singkat ini. Tujuan saya menulis ini adalah agar anda yang menyempatkan diri untuk membaca artikel ini tersadar. Dari apa? Intinya agar tidak melulu mengikuti trend yang ada di lingkungan kita.

Image : Dokumentasi Pribadi

Jadilah diri sendiri. Karena percuma kita menjadi domba di kerumunan domba. Lebih baik kita jadi singa di kerumunan domba agar kita mendapatkan perhatian yang lebih dari sekedar kerumunan domba.

Saya punya sedikit ilustrasi nih, kenapa kamu jangan pernah takut untuk menjadi beda.


  1. Orang bodoh masih banyak daripada orang cerdas. Jadi kamu masih ingin untuk ikut-ikutan bodoh?
  2. Orang gagal masih banyak dibandingkan orang sukses. Apa kamu masih mau untuk menjadi orang yang gagal?
  3. Orang miskin tu masih banyak jika dibandingkan dengan orang kaya. Apa mau jadi orang miskin juga?

Jadi intinya apa? Jangan takut untuk menjadi diri sendiri. Jangan takut pula jika kamu merasa berbeda dari orang lain. Anda berbeda dari kebanyakan orang bukan berarti kamu tidak lebih baik dari kebanyakan orang tersebut.

Sudah banyak orang yang bernasib sama. 
Jadilah diri sendiri. 
Jadilah seorang yang luar biasa. 
Beda dari orang-orang biasa. 
Dan yakinlah bahwa kamu bisa.

Kita Ditantang Dengan Derasnya Digitalisasi

- Sunday, June 1, 2014 No Comments
"Digital lifestyle" seperti yang dikatakan oleh anak-anak muda masa kini. Meskipun mereka tidak secara langsung mengatakan bahwa mereka mengikuti gaya hidup digital, namun dalam kenyataanya yang mereka jalani adalah gaya hidup digital.

Gaya hidup digital | Sumber gambar : http://sondreb.com/
Bagi kita yang dilahirkan pada tahun 1980-an atau sebelumnya, maka saat ini kita sedang beradaptasi untuk menjadi seorang "Masyarakat Digital", karena kita dilahirkan bukan pada era digital. Bagi kita yang lahir pada tahun 1990-an, kita akan melewati masa-masa yang sulit yaitu masa pencarian identitas, karena pada dasarnya kita lahir di era transisi, antara era industri ke era teknologi informasi.

Terakhir, bagi kamu-kamu yang lahir di abad 21 (Tahun 2000-an) maka ini adalah era kalian. Karena sejak lahir, kalian sudah memasuki era baru, yaitu era digital. Dimana sudah banyak aspek kehidupan sudah terdigitalisasi sedemikian rupa.

Teknologi Informasi Sudah Merubah Dunia


Kalau kita mau jujur, bagaimana kehidupan kita setelah memasukki era digital ini, pasti banyak sekali yang berubah. Terutama bagi kita masyarakat Indonesia yang lahir pada tahun 1990-an atau sebelumnya.

Mari flash back beberapa tahun ke belakang, ketika kita masih asyik untuk bermain 'dakon' atau permainan-permainan tradisional lainnya. Apakah ketika itu kita pernah berfikir bahwa sepuluh tahun kedepan permainan itu akan menjadi hal yang langka?

Kalau tidak percaya, silahkan anda pergi ke desa (yang katanya masyarakatnya masih primitif) coba lihat apa yang menjadi mainan mereka. Masihkan mereka bermain hal-hal yang anda mainkan dahulu? Mungkin bisa jadi "tidak". Karena merekalah yang sebenarnya yang disebut sebagai 'Digital Netizen'.

Kita ambil contoh lain, ketika keluarga di kota di pagi hari kita sering melihat bapak-bapak duduk di pintu depan rumah sambil membaca koran dan ditemani dengan secangkir kopi panas. Apakah pemandangan tersebut masih bisa kita lihat saat ini? Mungkin anda akan melihatnya di warung-warung kopi di sekitar rumah anda.

Dua contoh di atas merupakan sedikit dari aspek kehidupan kita yang berubah akibat campur tangan teknologi informasi yang saat ini berkembang teramat pesat. Namun tahukah anda siapa yang mengambil keuntungan dari perkembangan teknologi tersebut?

Siapkah Kita Untuk Menantang Era Ini?


Seperti yang kita tahu, bahwa pemerintah masih berkutat pada permasalahan klasik yang di alami bangsa ini. Masalah Kependudukan di Indonesia, dalam artikel sebelumnya saya sempat menuliskan masalah kependudukan di Indonesia dan dampaknya di bidang kesejahteraan sosial dan ekonomi. Di dalam artikel tersebut saya berusaha untuk menjelaskan bagaimana jika pertumbuhan penduduk tidak dibarengi dengan pertumbuhan kualitas penduduk.

Tahun depan (2015) Indonesia harus menjalankan kebijakan yang telah disepakati bersama beberapa tahun silam, AFTA (Asean Free Trade Agreement). Dalam perjanjian ini bangsa kita tidak boleh membatasi masuknya product dan tenaga asing yang ingin masuk di pasar Indonesia. Itu artinya apa "Kita akan bersaing dengan orang-orang se-Asean".

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah 'Siapkah diri kita sebagai generasi penerus bangsa untuk membuat pendiri bangsa ini bangga?'

Nah untuk itu, coba kita introspeksi diri kita masing-masing, bagaimana sikap kita untuk Indonesia kedepan. Dan bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi sebagaimana mestinya, bukan malah kita yang bergantung pada teknologi tersebut.

Masalah Kependudukan Di Indonesia: Aspek Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi

- Thursday, May 29, 2014 No Comments
Pertambahan penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Sensus penduduk yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2010 lalu pun menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia saat itu sekitar 237 juta jiwa. Sayangnya sekitar 57% dari jumlah penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa. Nah, disini saya akan mencoba untuk sedikit membahas tentang "pengaruh pertambahan penduduk terhadap kesejahteraan sosial ekonomi".

Sumber: http://blogs.unpad.ac.id/

Pada tulisan sebelumnya, saya juga sudah pernah membahas dampak pertambahan penduduk di kota dan membandingkan dengan aspek lingkungan. Kenapa topik tentang kependudukan ini begitu penting? Karena pada dasarnya Sumber Daya Manusia adalah salah satu aspek utama dari pembangunan nasional.

Kondisi penduduk yang berkualitas, sejahtera, hidup yang cukup baikakan menjadi aset pemerintah yang menguntungkan karena akan berdampak terhadap kemajuan dan perkembangan bangsa dan negara.Sebaliknya penduduk yang tidak berkualitas, yang serba kekurangan,kemiskinan akan menjadi beban pemerintah dan beban masyarakatakhirnya akan berdampak pada perkembangan bangsa dan negara terutama dalam hal kemajuan negara.

Penyebab Pertambahan Penduduk


Harus diakui bahwa jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara akan terus berubah dari waktu ke waktu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan penduduk ini sendiri. Diantara beberapa faktor tersebut ada tiga faktor utama yang menyebabkan pertambahan penduduk.

  1. Angka Kelahiran (Natalitas). Angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan jumlah bayi yang lahir dari setiap 1000 penduduk per tahun.
  2. Angka Kematian (Mortalitas). Angka kematian adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian dari setiap 1000 penduduk per tahun.
  3. Perpindahan Penduduk (Migrasi). Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah yang lainnya. Ada berbagai macam jenis migrasi, diantaranya adalah urbanisasi, imigrasi dan transmigrasi.
"Lantas apa hubungan dari ketiga hal tersebut?" Jika angka kelahiran lebih tinggi dari angka kematian, maka bisa dikatakan bahwa wilayah tersebut mengalami pertambahan penduduk. Jika sebaliknya, maka wilayah tersebut mengalami pengurangan penduduk.

Kemudian sama halnya dengan jumlah penduduk yang pindah (migrasi). Jika jumlah penduduk yang datang lebih banyak dari pada jumlah penduduk yang pergi, bisa dikatakan terjadi pertambahan penduduk di wilayah tersebut. Jika sebaliknya maka terjadi pengurangan jumlah penduduk.

Pengaruh Pertambahan Penduduk terhadap Kesejahteraan Sosial Ekonomi


Seharusnya pertumbuhan penduduk merupakan sebuah aset bagi negara jika negara mampu memperdayakan dan mengembangkannya. Namun, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sampai saat ini masih serba kekurangan, terutama di bidang sosial ekonomi. Kesenjangan di masyarakat baik dalam aspek sosial ataupun aspek ekonomi masih terlalu besar. Sehingga masih ada jarak yang bisa di bilang jauh antara Si Kaya dan Si Miskin.

Hal yang perlu di sadari bersama adalah jumlah penduduk di dunia akan terus bertambah tahun demi tahun, sedangkan bumi yang menjadi tempat tinggal manusia dimensinya tidak akan pernah berubah. Hal ini menyebabkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi di masyarakat. Diantaranya adalah :

Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa jumlah penduduk di Indonesia semakin hari akan terus semakin bertambah. Namun yang menjadi pertanyaan adalah "Apakah jumlah lapangan pekerjaan juga bertambah?" Jika negara tidak mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, maka kesejahteraan masyarakat akan turun.

Suasana Indonesia Career Expo 21-25 April 2014 | Sumber gambar : ulaskom.com
Di Indonesia sendiri angka pengangguran masih cukup tinggi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2014 lalu, jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 5,7 persen. Memang mengalami penurunan jika dibandingkan pada Agustus 2013 lalu yaitu sebesar 6,17 persen. Hal ini akan menjadi sangat banyak jika dikalikan dengan jumlah penduduk di Indonesia sebesar 237 juta jiwa maka jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 7,15 juta jiwa.

Masalah Kemiskinan

Jumlah pengangguran yang besar ternyata menimbulkan masalah sosial yang lebih mengerikan, "Kemiskinan". Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2008, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 35 juta. Masyarakat yang kurang mampu ini jelas kurang terfasilitasi dalam hal pendidikan dan kesehatan. Hal tersebut akan membentuk sebuah "Rantai Kemiskinan" yang sulit terputus.

Kaum miskin kota | Credit Foto : Juni Kriswanto (http://www.beritafoto.net/)
Kalau berbicara tentang kemiskinan sendiri, paling tidak ada 3 perspektif yang harus diperhatikan;

  1. Tingkat Pendapatan, seseorang dianggap miskin apabila memiliki tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan.
  2. Tingkat Kesempatan Memenuhi Kebutuhan Dasar, dalam kemiskinan perlu dilihat sebagai suatu kondisi terampasnya akses, pelayanan atau keterjangkauan untuk mendapatkan materi yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hidup, termasuk makan.
  3. Kapabilitas, dalam hal ini kemiskinan diterjemahkan sebagai ketidakmampuan yang paling dasar untuk berfungsi dimana seseorang tidak memiliki kesempatan untuk menjalankan fungsi minimal yang dilakukan, mulai dari segi fisik seperti mencukupi kebutuhan makan, pakaian, perumahan, serta ” mencegah dari penyakit, sampai pada suatu keadaan yuang lebih komplek seperti pencapaian tingkat sosial dalam bentuk partisipasi dalam komunitas.

Kriminalitas Meningkat

Sulitnya lapangan pekerjaan menyebabkan meningkatnya kemiskinan di kalangan masyarakat. Padahal masyarakat harus memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu sandang, pangan, papan. Lantas apa yang terjadi kemudian?

Curanmor | sumber gambar : lensaindonesia.com
Bagi orang-orang yang bisa sabar, it's oke lah. Namun bagi mereka yang tidak sabar akan derita kemiskinan, mereka akan melakukan tindak kriminalitas. Maka dari itu, jangan heran ketika anda melihat berita di TV tentang pencurian, perampokan, pencopetan, bahkan human trafficking. Sebenarnya bukan karena kemauan manusia, namun karena kondisi ekonomi mereka yang memaksa mereka berbuat seperti itu.

Tempat Tinggal Semakin Sulit Di Dapat

Ini merupakan salah satu dari kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Seperti yang saya sebutkan di atas, pertambahan penduduk di dunia akan terus bertambah sedangkan dimensi bumi tidaklah bertambah. Hal ini akan mengantar manusia ke sebuah kondisi dimana bumi akan tidak cukup untuk mereka tinggali.
Pemukiman Kumuh di bantaran Kali Ciliwung | Fotografer: Heru Haryono | okezone.com
Di kota-kota besar misalnya, dengan pertambahan penduduk yang sangat cepat namun sama sekali tidak diimbangi dengan pertumbuhan dimensi wilayah membuat ketersediaan lahan untuk tempat tinggal semakin sedikit, bahkan langka. Hal ini akan mendorong mereka untuk mendirikan rumah-rumah di pinggiran rel kereta api, atau di bantaran sungai. Kalau seperti ini menurut anda bagaimana kesejahteraan sosial penduduk perkotaan tersebut?

Masalah Pendidikan

Dulu waktu kecil saya sering mendengar istilah yang selalu dikatakan oleh kakek saya bahwa "Banyak anak banyak rejeki". Seiring bertambahnya waktu, ternyata istilah tersebut tidak berlaku lagi. Banyak anak banyak rejeki akan berlaku ketika kita mampu menyekolahkan anak kita. Namun bagi masyarakat miskin dengan jumlah anak yang banyak, apakah mereka mampu untuk menyekolahkan anaknya?

SMA Negeri 2 Rahong Utara | Sumber gambar : http://kosmastakung.wordpress.com/
Pemerintah sebenarnya telah memberi solusi untuk menganggarkan dana untuk pendidikan sebesar 20% dari APBN. Namun dalam distribusi ke instansi-instansi pendidikan harus dikawal dengan baik. Selama masih banyak anak jalanan, saya rasa fasilitas pendidikan masih belum bisa dikatakan bisa dinikmati oleh seluruh penduduk Indonesia.

Upaya Menyelesaikan Masalah Kesejahteraan Sosial Dan Ekonomi


Jika setiap penduduk Indonesia membebankan semua masalah kependudukan terutama yang menyangkut kesejahteraan sosial dan ekonomi kepada pemerintah, maka masalah tersebut akan mustahil bisa teratasi. Tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah pertambahan penduduk ini, maka Indonesia akan mengalami keterpurukan ekonomi.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi pengaruh negatif pertambahan penduduk terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi. Diantaranya adalah :

  1. Menekan Angka Kelahiran. Seperti yang saya tuliskan di atas, salah satu penyebab pertambahan penduduk adalah angka kelahiran. Karena tidak mungkin kita meningkatkan angka kematian, maka kita harus menekan angka kelahiran. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan untuk menekan angka kelahiran, diantaranya adalah dengan mengikuti program KB dan juga turut berpartisipasi untuk tidak menikah di usia dini.
  2. Mendorong Lahirnya Para Pengusaha. Jumlah pengusaha di Indonesia saat ini hanya sekitar 1,56 % dari jumlah total penduduk Indonesia. Padahal idealnya adalah 2%. Dengan menambah jumlah pengusaha, maka di lapangan pekerjaan akan lebih banyak. Sehingga masyarakat tidak perlu lagi bertindak kriminal.
  3. Rumah Susun atau Apartemen Lebih Effektif. Untuk menekan laju penggunaan lahan untuk pemukiman penduduk, maka alangkah lebih baik kalau pemerintah membuat rumah susun. Karena rumah susun bisa menghemat lahan untuk tempat tinggal. Lahan tersebut nantinya bisa dijadikan sebagai tempat penghijauan, pertanian, atau industri.
  4. Pemerataan Pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi dari pembangunan negara. Mustahil negara bisa maju jika pendidikannya tidak maju. Di Indonesia fasilitas pendidikan masih belum merata bisa dirasakan oleh penduduk Indonesia. Sampai saat ini, perkembangan pendidikan masih berpusat di pulau jawa. 
  5. Percepatan Pembangunan Wilayah Tertinggal. Urbanisasi saat ini sudah tidak bisa dibendung lagi, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya lapangan kerja di daerah-daerah. Sehingga masyarakat pedesaan banyak yang beradu nasib di perkotaan. Seharusnya pemerintah harus segera memberikan perhatian khusus ke wilayah-wilayah tertinggal. Misalkan saja pemenuhan kebutuhan akan listrik, air bersih, dan juga aplikasi teknologi dalam bidang pertanian.
Kita seharusnya sadar, bahwa masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu hal yang peling krusial untuk membangun Indonesia. Bagaimanapun, SDM merupakan salah satu aset bangsa yang harus segera serius digarap oleh pemerintah Indonesia.

Permasalahan Lingkungan Di Kota Padat Penduduk

- Sunday, May 11, 2014 No Comments
Ketika angka kelahiran di Indonesia lebih tinggi dari angka kematian (per hari) itu berarti, setiap hari jumlah penduduk di Indonesia akan terus bertambah. Secara tidak langsung negara kita harus siap untuk menyediakan tempat tinggal, lapangan pekerjaan, pendidikan, dan layanan kesehatan bagi para penduduknya. Namun yang menjadi pertanyaan besar bagi kita adalah, "bisakah Indonesia menyeimbangkan laju pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi dan dampak kerusakan lingkungan?"

Kepadatan Jakarta dari angkasa | Sumber gambar viva.co.id

Jika kita ingin mengetahui dampak dari pertumbuhan penduduk ini secara detail terhadap semua aspek kehidupan masyarakat, pembahasan akan hal ini akan menjadi sangat luas sekali. Karena pada dasarnya Masalah Kependudukan Di Indonesia sudah hampir kompleks. Nah agar tidak melebar, mari kita batasi untuk membahas pertumbuhan penduduk dan dampaknya terhadap lingkungan.

Kenapa Penduduk Di Kota Bisa Begitu Padat?


Kepadatan penduduk di kota lebih besar dari pada di desa. Itu logis. "Namun kenapa bisa demikian?", untuk hal ini, kita bokeh 'skeptis'.Mencari akar permasalahan adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Untuk itu mari kita cari tahu alasan mengapa di kota lebih padat penduduk dari pada di desa.

  1. Pertama, urbanisasi. Hal utama penyebab urbanisasi adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang ada di desa. Hal ini menyebabkan orang-orang desa pergi kota untuk mengadu nasib dan berharap bisa mengais rejeki dari kehidupan kota
  2. Kedua, pelajar yang mengambil 'study' tingkat lanjut. Mayoritas daerah masih belum memiliki perguruan tinggi dengan kualitas standar. Jadi para lulusan SMA berbondong-bondong untuk datang ke kota untuk melanjutkan study-nya. Nah, pelajar inipun ketika sudah lulus dan merasa hidup di kota lebih menjamin kemakmuran dirinya maka mereka pun akan memilih untuk hidup di kota. Karena kesempatan untuk bekerja lebih banyak kota dari pada di desa.
  3. Ketiga, adalah pertumbuhan penduduk dari selisih kelahiran dan kematian penduduk kota itu sendiri. Jika jumlah rata-rata kelahiran setiap harinya lebih banyak dari pada kematian, maka jumlah penduduk di kota ini pun akan terus bertambah.
  4. Keempat dan yang terpenting, menurunnya minat masyarakat terhadap KB. Mungkin hal ini sepele, namun ternyata program KB ini mampun menekan laju pertumbuhan penduduk di jakarta secara signifikan 0,17 %. Dan pada tahun 2000-2010, laju pertumbuhan penduduk di Provinsi D.K.I Jakarta mencapai 1,40 % per tahun. Bayangkan berapa kali lipat pertumbuhan penduduk di Jakarta hanya karena menurunnya minat KB di masyarakat.

Dampak Pertumbuhan Penduduk Terhadap Lingkungan Hidup


Jumlah penduduk di Indonesia khususnya di kota-kota besar terus mengalami peningkatan. Namun hal yang patut kita sadari bahwa tidak ada perluasan wilayah. Nah, hal ini berarti bahwa tanah hijau di kota-kota besar sedikit demi sedikit akan tergerus oleh pemukiman warga, perkantoran, tempat tempat niaga, dan industri.

Tuhan menyediakan alam semesta ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan manusia. Maka kita sebagai manusia sudah sepantasnya menjaga kelestarian alam agar kelak anak cucu kita masih bisa merasakan hidup di bumi ini dengan nyaman.

Pada sensus penduduk tahun 2010, provonsi DKI jakarta memiliki kepadatan penduduk paling besar yaitu dengan jumlah penduduk 9.588.198 jiwa yang menghuni wilayah seluas 644 km^2. Ini berarti kepadatan penduduk di DKI Jakarta sebanyak 14.440 orang per km². (wikipedia)

Wow, dalam 1 km² di tanah Jakarta dihuni 14.440 orang. Pernahkan anda membayangkan? Bagaimana bentuk tempat tinggal mereka? Apakah dengan segitu padatnya bisa hidup dengan layak? Mungkin jawabannya akan 'iya' bagi mereka yang memiliki ekonomi yang mumpuni. Jawabannya akan 'tidak' bagi mereka yang kurang mampu.

Lantas apa saja yang terjadi terhadap lingkungan di kota padat penduduk?

#1. Pemukiman (Terbentuknya pemukiman kumuh)

Ini merupakan masalah paling utama yang dihadapi jika terjadi peledakan pertumbuhan penduduk. Pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Maka dari itu, manusia harus memenuhi kebutuhan ini sebelum melirik ke kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Bagi orang yang mampu, mereka bisa membeli tempat tinggal di tempat-tempat yang layak (apartemen, atau perumahan). Namun bagi mereka yang kurang beruntung secara ekonomi, mereka harus rela mendirikan rumah di tanah yang teramat sempit. Inilah pemicu terbentuknya pemukiman kumuh di kota-kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Bahkan bagi mereka yang lebih tidak beruntung lagi, mereka akan memilih untuk mendirikan gubuk-gubuk di pinggiran sungai, di pinggir rel kereta api, atau bahkan di kolom jembatan. Itu semua bukanlah hal yang aneh jika kita menganalisa kondisi kota yang padat penduduk.

Pernahkah anda berfikir bagaimana rasanya hidup di lingkungan seperti itu? Pastinya akan ada banyak sekali penyakit yang bersiap untuk menyerang anda.

#2. Sampah dan Limbah Pabrik

Pernahkah berfikir kemana larinya sampah yang anda hasilkan setiap hari. Kira-kira ada berapa banyak jumlah sampah yang anda hasilkan? Di Jakarta, setiap harinya menghasilkan sampah sebanyak 6.500 ton per hari (sumber). Nah, sekarang coba bayangkan jumlah sampah yang dihasilkan secara kolektif di dalam satu provinsi DKI Jakarta. Misalkan satu container bisa memuat 6-8 ton sampah, ada berapa container sampah yang dihasilkan setiap harinya?

Sumber gambar : Merdeka.com | ©2013 Merdeka.com/imam buhori

Sampah tersebut ternyata tidak hanya dihasilkan warga, menurut artikel yang diterbitkan kompas tumpukan sampat tersebut berasal dari sampah rumah tangga sebanyak 53 persen, sedangkan sisanya 47 persen dari sampah industri. Jadi industri yang pada dasarnya juga melakukan proses produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ternyata juga menyumbang begitu banyaknya sampah.

Nah, kalau setiap harinya sampah yang di hasilkan sebanyak 6.500 ton, bagaimana jika jumlah tersebut dikalkulasikan selama satu minggu, satu bulan, satu tahun? Kita bisa membuat "Gunung Semeru" baru dari tumpukan sampah.

#3. Ketersediaan Air Bersih

Disadari ataupun tidak, air bersih merupakan kebutuhan penduduk yang mau tidak mau harus di penuhi. Air bersih biasanya dimanfaatkan untuk warga untuk memasak, mandi cuci pakaian, dan sebagainya. Nah, selama ini persediaan air bersih di kota-kota besar dipenuhi oleh PDAM. Namun jikalau terjadi ledakan pertumbuhan penduduk, pertanyaannya "apakah PDAM mampu memenuhi kebutuhan air bersih di kota-kota besar?"

Berdasarkan artikel yang di muat di situs investor, bahwa dengan penduduk yang berjumlah sekitar 9,6 juta jiwa kebutuhan air bersih di Jakarta diperkirakan 29,6 m3/detik. Nah, pada tahun 2025 dengan asumsi jumlah penduduk Jakarta bertambah menjadi 14,6 juta jiwa maka kebutuhan air bersih pada saat itu akan mencapai 41,3 m3/detik.

#4. Masalah Banjir

Banjir sudah menjadi suatu hal yang rutin dialami oleh kota-kota besar. Banyak sekali faktor yang menyebabkan banjir ini terjadi. Beberapa diantaranya adalah berkurangnya daerah resapan air yang berubah menjadi perumahan atau kawasan niaga, rumah-rumah di pinggiran sungai yang membuat lebar sungai menjadi semakin menyempit, dan juga masalah sampah yang dibuang di sungai sehingga membuat kedalaman sungai menjadi berkurang.

Menurut artikel yang diterbitkan oleh tempo, pada tahun 2013 saja rata-rata sampah yang dibuang di sungai Jakarta sebanyak 180-200 ton sampah. Itupun ketika masih musim kemarau. Sedangkan di musim penghujan total volume sampah di seluruh sungai di Jakarta setiap harinya mencapai 240-280 ton per hari. Wajar ketika sungai-sungai di DKI Jakarta kedalamannya berkurang, karena sampah yang di hasilkan setiap harinya saja sebanyak itu.

#5. Polusi Udara

Polusi Udara di Jakarta | Sumber gambar tribunnews.com

Salah satu permasalahan yang harus diderita oleh kawasan padat penduduk adalah polusi udara. Tingginya tingkat pencemaran udara yang disebabkan meningkatnya jumlah populasi kendaraan bermotor yang menjadikan ancaman bagi warga Jakarta rentan terkena berbagai penyakit, seperti paru-paru, kanker, dan penyakit Infeksi saluran pernafasan atas.

Upaya Mengatasi Permasalahan Tersebut


Sebelum berbicara upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang timbul akibat kepadatan penduduk ini, coba pertanyakan diri kita terlebih dahulu. Sejauh mana partisipasi kita dalam upaya mengurangi kepadatan penduduk yang terjadi. Karena menurut pandangan saya pribadi, rasanya tidak adil jika membebankan semua permasalahan penduduk kepada pemerintah.

Nah, untuk itu disini saya memberikan solusi yang tentunya bisa berjalan ketika ada kerjasama masyarakat dan pemerintah untuk mengatasinya.

#1. Pemerataan Penduduk Dan Pemerataan Sektor Ekonomi

Banyak masyarakat yang menjajal peruntungan untuk mengais rejeki di kota-kota besar khususnya di Pulau Jawa beralasan bahwa tidak adanya lapangan kerja di daerah mereka. Nah berarti walau penduduk sudah merata pun, ketika di daerah mereka tidak ada lapangan pekerjaan, maka tetap saja mereka akan mencari nafkah di kota-kota besar. Akhirnya kepadatan penduduk akan menumpuk disana.

Program transmigrasi sebenarnya merupakan hal yang solutif juga. Hal ini bisa sedikit mengurangi kepadatan penduduk yang ada di pulau jawa. Saya terheran-heran ketika mengetahui ternyata sekitar 57% penduduk di Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Yang menjadi pertanyaan saya adalah 'kenapa mereka tidak mau tinggal di pulau-pulau lain?'. Dan hal yang terlintas di kepala saya adalah pola pikir masyarakat, bahwa ketika mereka hidup di Jawa, maka mereka akan lebih sejahtera.

#2. Ketegasan Pemerintah Terhadap Usia Minimum Pernikahan

Ini adalah sebuah ironi yang saya saksikan sendiri di desa tempat saya tinggal. Bahwa kebanyakan teman-teman sekolah saya khususnya perempuan, mereka lebih memilih untuk langsung menikah setelah lulus dari bangku sekolah. Bahkan, ketika usianya kurang dari usia minimum untuk menikah, mereka memilih untuk menuakan umurnya.

Kalau hal ini tidak ditindak lanjuti, maka akan percuma jika kita mencanangkan usia minimal pernikahan. Harusnya pemerintah bisa memberikan ketegasan misalkan denda administrasi kepada mereka yang menikah di bawah umur yang sudah ditentukan, misalkan untuk pria harus berusia 21 tahun, dan wanita harus berusia 19 tahun.

#3. Standarisasi Fasilitas Pendidikan Dan Fasilitas Publik

Sebagian orang berpendapat bahwa kualitas pendidikan di Jawa lebih baik jika dibandingkan kualitas pendidikan di Luar Jawa. Kalau hal tersebut sudah menjadi rahasia umum, kenapa pemerintah tidak mengambil sebuah tindakan untuk melakukan standarisasi Fasilitas Pendidikan di Luar Jawa? Hal yang pertama harus dibangun dalam struktur bangunan seperti rumah adalah pondasi. Sama halnya dengan membangun sebuah negara yang kuat, kita juga harus memberi pondasi yang kuat di seluruh sisinya. Pondasi tersebut adalah pendidikan untuk warganya. Apakah sebuah bangunan akan kuat ketika pondasi yang kuat hanya di satu sisi saja (Pulau Jawa), sedangkan di sisi lainnya lemah?

Kemudian pertisipasi masyarakat terhadap upaya mengurangi kepadatan penduduk juga terkadang terhambat dengan fasilitas yang diberikan. Misalkan fasilitas untuk mendapatkan informasi terkait apa yang harus dilakukan oleh masyarakat (kurangnya sosialisasi).

#4. Sosialisasi KB Khususnya Untuk Pria

Sosialisasi KB ini akan lebih efektif ketika pemerintah khususnya BKKBN bekerjasama dengan komunitas-komunitas yang ada di setiap daerah. Misalkan saja sosialisasi dengan masuk ke komunitas pengajian yang ada di desa-desa, atau ibu-ibu PKK, komunitas arisan, atau di dalam perkumpulan-perkumpulan lainnya. Cara ini bisa efektif jika dirasa sosialisasi door to door dianggap sangat memberatkan.

Sosialisasi dan pencerdasan KB terutama bagi kalangan laki-laki juga harus di galakkan. Hal ini merupakan upaya yang harus dilakukan mengetahui jumlah pria/suami yang mengikuti KB masihlah sangat kecil.

#5. Buku Tentang Kependudukan Yang Diberikan Saat Nikah

Masyarakat tidak tahu bahaya ledakan jumlah penduduk dikarenakan keterbatasan fasilitas untuk mengakses informasi terkait hal tersebut. Saya mempunyai sebuah gagasan agar BKKBN bekerja sama dengan KUA atau instansi lain untuk memberikan hadiah pernikahan sebuah buku tentang kependudukan kepada pengantin.

Seperti yang pernah saya baca di media online Tribunnews tentang biaya pernikahan, bahwa biaya nikah jika dilakukan di KUA adalah sebesar 50.000,- dan jika di lakukan di luar KUA serta di luar jam kerja dikenai biaya Rp 600 ribu. Nah, pemerintah bisa memberikan buku tantang kependudukan kepada pasangan pengantin ketika mereka membayar biaya pernikahan.

Koalisi, Berujung Politik Dagang Sapi

- Friday, May 9, 2014 No Comments
Sebentar lagi kita akan memilih orang nomor satu yang akan memimpin Indonesia. Orang yang lima tahun kedepan akan memegang kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Kamu sudah punya calon? Mungkin kalau kamu udah sering melihat media-media online yang gencar memberitakan tentang pilpres 2014, kamu bakalan menemui dua nama besar, antara bapak Joko Widodo dan juga bapak Prabowo Subianto.

Ilustrasi Politik Dagang Sapi | Sumber : portaldki.com

Siapa pun jagoanmu, saya harap jangan saling bermusuhan. Jangan mengorbankan persaudaraan hanya karena pandangan politik yang berbeda. Semua boleh saja mempunyai pilihan, namun setidaknya pilihan tersebut harus didasarkan pada hati nurani (upsss....).

Seperti halnya beberapa perbincangan politik yang sedang hangat saat ini. Setelah mengetahui hasil akhir dari rekapitulasi perhitungan suara nasional, partai politik akan membentuk sebuah koalisi untuk memenangkan salah seorang calon. Siapa berkoalisi dengan siapa, dan siapa yang akan menjadi rival politiknya.

Hal Yang Perlu Kamu Perhatikan


Koalisi memang hal yang sah-sah saja. Namun pada umumnya dari koalisi inilah awal politik dagang sapi muncul. Misalkan partai A berkoalisi dengan partai B untuk mendukung calon presiden yang di usung oleh partai A. Tentunya partai B tidak akan mau rugi dengan kesepakatan koalisi ini. Pihaknya pasti akan meminta 'jabatan' paling tidak menteri jika calon dari partai A menang.

Partai A : "Bos, gimana? Siap untuk dikerahkan suaranya kan?"
Partai B : "Santai saja lah, semua dijamin aman. Kita mendukung dari belakang. Tapi jangan lupa ya, kasih dua."
Partai A : "Dua apa nih bos, ane kagak paham"
Partai B : "Dua kursi lah, masak dua meja"
Partai A : "Tenaaaang kalau itu... nanti saya pesankan kursi ukir langsung dari Jepara. Jangankan dua, lima aja saya kasih asalkan saya bisa menang"
Partai B : #2@..?

Saya kira hal tersebut sudah menjadi sebuah rahasia publik dengan jargon "Sama-sama tahu lah". Partai yang mendapatkan suara kecil pasti akan obral sana sini agar mereka mendapatkan kursi di pemerintahan. 

Namun ada satu hal yang saya sampaikan, politik dagang sapi seperti ini mempunyai effect yang sangatlah buruk di pemerintahan. Bagaimana tidak, mereka yang akhirnya diajukan sebagai orang yang duduk di kursi tersebut merupakan orang yang tidak tepat. Mungkin bahasanya kurang pas, tapi apa ya yang pas? Pokoknya itu lah..

Saya kasih sedikit contoh nih ya, misalkan saya adalah ahli hukum, namun saya diajukan oleh partai yang saya ikuti sebagai menteri ESDM. Nah, apa yang terjadi? Saya tidak berkompeten di bidang itu, tapi saya disuruh jadi menteri, ya akhirnya "yang penting bapak senang lah".

Bagaimana Seharusnya?


Kalau saya boleh berkomentar sedikit mengenai hal ini, seharusnya kursi menteri jangan melulu orang-orang yang dari parpol. Masih banyak orang di luar parpol yang lebih berkompeten kok. Memilih menteri yang profesional di bidangnya akan sangat lebih menguntungkan. Soalnya mereka tahu apa yang harus mereka lakukan untuk membuat Indonesia lebih baik. Kalau dari "Politik dagang sapi"? Paling ya cuma mikirin harga sapinya.

Setidaknya saya masih berharap pada kondisi yang "ideal" walaupun teramat sangat sulit dilakukan di negeri ini. Namun, kalau tidak dicoba untuk memulai, kapan lagi? Kita pasti tahu lah, "semakin banyak koalisi maka semakin banyak sapi yang dijual"

Curahan Hati, Untuk Pemimpin Negeriku

- Saturday, April 26, 2014 No Comments
Ilustrasi surat untuk presiden

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam sejahtera saya sampaikan kepada pemimpin negeriku yang bertanggung jawab penuh atas segala kebijakan yang berkaitan dengan negeri ini.

Bapak Presiden yang saya hormati, saya selaku warga negara Indonesia ingin menyampaikan sesuatu yang mengganjal di dalam hati, tentang masalah yang paling mendasar di dalam negeri ini, yaitu pendidikan.

Sudah menjadi amanah di UUD ’45 bahwa tugas negara adalah ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’, namun disini ada sebuah kesalahan fatal yang terjadi namun tidak terlihat dengan kasat mata. Ada yang salah di dalam tubuh pendidikan di negeri ini. Khususnya yang saya rasakan ketika saya memasuki bangku kuliah.

Sampai saat ini saya bingung, mau dijadikan apa kita ini sebagai seorang pelajar di negeri ini. Apakah di dalam instansi pendidikan kita selalu di arahkan untuk menjadi seorang budak modern yang berlabel pegawai? Yang setiap terjadi kelulusan selalu berdesak-desakan memenuhi bursa karir.

Entahlah, padalah saya sadar bahwa negeri ini adalah negeri yang teramat kaya. Bahkan mungkin kita adalah orang yang pertama masuk neraka karena kita dikaruniai tanah yang subur dan sumber daya alam yang melimpah, tapi kita tetap saja menjadi negara berkembang. Sekian lamanya berkembang hingga kita lupa caranya menjadi sebuah negara maju.

Di dalam instansi pendidikan,selama 16 tahun saya menjadi seorang pelajar, saya selalu diberitahu kepada guru saya, belajarlah yang rajin agar kelak bisa menjadi seorang pegawai. Apakah sebatas jadi pegawai saja? Apakah kita ini memang diciptakan sebagai salah satu alat dalam mesin-mesin industri?

Bahkan saya teringat ketika saya mengikuti sebuah pelatihan di Depok, saya pernah menanyakan pada salah sati staff ahli mentri “Mahasiswa Indonesia sebenarnya bisa menciptakan bahkan membuat mobil sendiri, namun kenapa hal tersebut tidak diteruskan dan di dukung oleh pemerintah menjadi sebuah industri mobil dalam negeri?”, namun saya kecewa menanyakan hal tersebut, karena saya tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Mungkin karena negara kita terlalu kaya sehingga lebih enak untuk impor barang daripada kita menciptakan sesuatu dengan tangan kita sendiri. Mungkin negara kita juga terlalu miskin untuk menggaji tenaga-tenaga ahli sehingga mereka lebih suka untuk mengabdikan diri, bekerja, dan berkarya di perusahaan asing.

Satu hal lagi, kenapa penilaian seseorang selalu didasarkan pada selembar kertas yang bernama ijasah? Padahal setiap orang mempunyai bakat dan kelebihan yang berbeda-beda. Tapi adilkah jika mereka di uji dengan kompetensi yang tidak sesuai dengan bidang mereka?

Mungkin sebuah contoh sederhana saja, saya suka bermain musik bahkan saya bisa menciptakan sebuah karya dengan musik. Namun apakah adil ketika saya dicap sebagai anak yang bodoh hanya karena saya tidak bisa matematika?

Kalau menurut pandangan obyektif saya, pendidikan itu tidak bisa disamaratakan, kalau kita ingin mendapatkan produk-produk dari dunia pendidikan yang berwarna. Kecuali memang dunia pendidikan kita menginginkan untuk menciptakan robot-robot industri yang rela disandingkan dengan mesin-mesin industri.

Saya sangat berharap kepada bapak selaku pemimpin di negeri ini agar bisa bijak menghadapi permasalahan ini. Saya tidak ingin dilahirkan di tanah yang kaya raya, namun masyarakatnya memiliki mental miskin akibat sistem pendidikan yang kurang tepat dengan karakter bangsa kita.

Sepertinya hanya itu dulu yang bisa saya sampaikan untuk saat ini. Saya yakin bapak Presiden yang saya hormati selalu megupayakan yang terbaik untuk rakyat. Dan saya disinipun akan selalu berusaha untuk menjadi seorang kader bangsa yang selalu ingin berpartisipasi di setiap kemajuan negeri ini.

Kalau ada kata-kata saya yang kurang berkenan atau menyinggung, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya sadar bahwa saya memiliki banyak kekurangan karena hanya Tuhan lah Dzat Yang Maha Sempurna.  Dan saya ucapkan terima kasih sekali jika bapak telah membaca isi surat ini yang mungkin menumpuk bersama jutaan surat yang lain.

Akhir kata
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ditulis dalam sebuah renungan malam ini, ditemani suara katak yang bersautan sana sini.

Hormat saya
Bayu Prasetyo

Ormek Yang Tabu Bagi Sebagian Mahasiswa

- Wednesday, March 12, 2014 2 Comments
Mungkin bagi beberapa mahasiswa mereka akan berkata tidak tahu kalau ditanya soal "Ormek". Namun sebagian lagi pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya ormek. Apalagi bagi mereka yang aktif sebagai aktifis organisasi kemahasiswaan (ormawa).

Organisasi Ekstra Kampus | Image : palembang.tribunnews.com

Di Indonesia ada banyak sekali organisasi mahasiswa ekstra kampus. Mungkin dari beberapa yang aku sebutkan ini, pasti ada beberapa yang kamu pernah dengar ketika kamu menjadi mahasiswa. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Persatuan Mahasiswa Islam Insdonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhamadiah (IMM), Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Khatolik Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Khatolik Indonesia (PEMKRI), dan mungkin masih ada nama-nama lain yang tidak bisa saya sebutkan semua.

Apa Sih Ormek Itu ?

Ormek merukapakan kepanjangan dari Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus. Pada umumnya organisasi ini berada dibawah naungan Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ormek tidak berada di bawah naungan Dikti, maka dari itu semua kegiatan dan atribut Ormek tidak boleh masuk ke dalam kampus.

Pada dasarnya, ormek adalah organisasi mahasiswa yang tidak berada di dalam naungan birokrasi kampus. Mulai sekretariat dan seluruh kegiatannya pun berada di luar kampus. Bahkan atribut dan logo organisasi tidak boleh masuk ke dalam kampus.

Di ITS, ormek sudah dilarang untuk melakukan kegiatan di dalam kampus. Bahkan di dalam peraturan Rektor PERATURAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Nomor : O47O9/12/KM/2O09 pada pasal 24 ayat 11 dan 12, disebutkan bahwa ayat 11 “Mahasiswa dilarang  melakukan  aktifitas organisasi luar  kampus dan/atau  partai politik  di  dalam  kampus”. Pada selanjutnya yaitu pasal 12 juga disebutkan “Mahasiswa  yang diketahui dan  terbukti  melakukan  perbuatan melanggar pasal ini,  dapat dijatuhi sanksi seberat-beratnya dicabut haknya  sebagai mahasiswa.“

Saya rasa peraturan di atas sangatlah wajar karena mengacu pada  KEPUTUSAN DIREKTUR JENDRAL PENDIDKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/DIKTI/KEP/2002 Tentang PELARANGAN ORGANISASI EKSTRA KAMPUS ATAU PARTAI POLITIK DALAM KEHIDUPAN KAMPUS yang berbunyi “Melarang  segala bentuk organisasi ekstra kampus dan Partai Politik membuka Sekretariat (Perwakilan) dan atau melakukan aktivitas politik praktis di kampus

Untuk pembahasan lebih lengkap mengenai UU tentang ormek ini silahkan baca : UU Tentang Ormek (Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus) Agar Independensi Mahasiswa Tetap Terjaga. (Oleh : Suryo Adi Prakoso).

Apakah Keberadaan Ormek Ilegal Di Indonesia?

Tidak sepenuhnya ilegal. Walaupun organisasi ekstra kampus tidak terdaftar dalam Kemendikbud, namun seperti yang saya tuliskan di atas bahwa ormek berada di bawah naungan Kemenpora. Untuk beberapa ormek sudah terdaftar resmi sebagai salah satu Organisasi Kepemudaan (OKP) di database Menpora.

Jika kamu masih beranggapan bahwa ormek itu ilegal, cobalah pertanyakan ke kementrian kepemudaan dan olahraga.

Hubungan Ormek Dan Partai Politik

Sebenarnya awal mula aku menulis tulisan ini karena tertarik oleh tulisan salah seorang mahasiswa ITS juga di blog pribadinya. Tulisan yang berjudul "ORMEK Resek Vs Politik Busuk" itu memang membahas secara blak-blakan pandangan seorang yang resah akan adanya ormek di kampusnya.

Nah untuk adanya hubungan ormek dengan partai politik mungkin saja ada benarnya ketika melihat dana yang dipakai kampanye oleh calon presiden BEM ketika PEMIRA (Pemilu Raya). Karena terkadang dana yang dikeluarkan tidak rasional.

Namun, tidak semuanya seperti itu. Karena saya juga pernah merasakan menjadi TSK yang kesulitan untuk mencari dana buat calon presiden BEM. Dan akhirnya kita harus mengumpulkan uang 10 ribuan hanya untuk mencetak banner. Dan karena keuangan yang susah inilah terkadang yang membuat si calon kesusahan juga (Bahkan telat) dalam membuat laporan keuangannya. Lha uangnya aja belum ada, kok sudah disuruh membuat laporan keuangan. Apa yang mau dilaporkan?

Ormek dan Politik Kampus

Memang harus diakui bahwa setiap golongan pasti akan berebut kekuasaan. Dengan adanya kekuasaan, maka mereka bisa memperluas pengaruh dan bisa menjaga eksistensinya di kampus (sebagai tempat implementasi ilmu yang dipelajari di ormek).

Bahkan yang membuat saya juga sedih adalah paska pemilihan eksekutif di kampus. Karena persaingan yang mungkin bisa jadi tidak sehat, akhirnya menyisakan permusuhan yang tidak berujung. Ini merupakan kejanggalan hati saya yang juga merupakan anggota ormek. Kenapa hal ini bisa terjadi? Dan apakah arogansi itu tidak bisa diturunkan? Dan tidak bisakah antar ormek berjalan beriringan untuk mendinamiskan kehidupan organisasi di kampus?